Widget HTML Atas

Review: The Amazing Spider-Man



 

Apakah Spider-Man benar-benar membutuhkan Sebuah reboot saat usia filmterakahirnya masih lima tahun? Tentu ini adalah hal yang berani dan terbilang nekat apa yang dilakukan Marvel dan Sony Pictures. Faktor yang menyebabkan film ini direboot adalah batalnya rencana pembuatan film Spider-Man 4 yang diakibatkan Sam Raimy selaku sutradara dan Tobey Maguire selaku pemeran utama tak mau meneruskannya lagi. Di lain sisi banyak penggemar yang sudah menantikan film terbaru spider-man. mak munculah reboot ini.

Datanglah Andrew Garfield sebagai pengganti Tobey Maguire dan Marc Webb sebagai pengarah alias sutradara menggantikan Sam Raimy. Tak ada lagi Mary Jane yang diperankan  oleh Kirsren Dunst yang ada adalah Gwen Stacy yang diperankan oleh Emma Stone. Semua pemainnya 100% baru. Dari segi kostum, spidey terlihat lebih elegan dan modern. Dari segi cerita juga tentu saja agak berbedan jika dalam film spiderman pertama Peter Parker sudah duduk di bangku kuliah dan bertemu dengan Mary Jane, maka dalam film ini Peter Parker masih bersekolah di SMU dan masih ramaja dalam pencarian jatidiri. Peter yang bingung dan tidak tahu bagaimana dia bisa kehilangan orang tuanya selalu ingin tahu dan mencari tahu kepada paman yang mengurusnya, Ben Parker. Namun Ben selalu menutupi rahasia ini. Hingga suatu ketika Peter menemui Dr Curt Connors yang bekerja di Oscorp, karena Peter mengetahui bahwa Curt mempunyai hubungan yang dekat dengan kedua orang tuanya. Peter iseng dan memasuki ruangan penelitian yang diisi oleh laba-laba. Peter pun tergigit laba-laba yang ada di sana.

 

Karakter Dr Curt Connors/The Lizard sendiri memang adalah sesosok karakter antagonis yang diadaptasi dari versi komikThe Amazing Spider-Man. Pun begitu, tetap saja, bagaimana cara The Amazing Spider-Man mengelola plot mengenai perlawanan karakter Spider-Man terhadap lawannya terlihat seperti sebuah formula lama yang kembali diulang: mulai dari motivasi sang karakter antagonis yang melenceng dari niat baiknya, pembuatan antidot untuk melawan formula kimia yang salah, hubungan Peter Parker dengan ayah Gwen Stacy, janji yang ia buat hingga perubahan hati sang karakter antagonis di akhir cerita. Jika dibandingkan dengan plot pembangun cerita yang disusun semenjak awal, plot aksi dalam The Amazing Spider-Man seperti menunjukkan bahwa  James Vanderbilt, Alvin Sargent dan Steve Kloves tidak tahu cara mengembangkan plot drama yang telah mereka susun dengan baik menjadi sebuah plot aksi yang sama berkualitasnya sehingga mereka harus meminjam banyak formula klise film-film superhero untuk menyelesaikannya.

 

Harus diakui, pada separuh bagian penceritaan pertamanya, The Amazing Spider-Man mampu berjalan dengan begitu sempurna. Andrew Garfield mampu menghantarkan karakter Peter Parker/Spider-Man yang lebih gelap dan emosional dari karakter yang sama pada trilogi Spider-Man (2002 – 2007) karya Sam Raimi. Hubungan romansa yang terjalin antara karakter Peter Parker/Spider-Man dengan Gwen Stacy yang diperankan oleh Emma Stone juga mampu dieksekusi dengan begitu meyakinkan. Pendekatan kepada sisi personal Peter Parker/Spider-Man yang memang diinginkan Columbia Pictures untuk hadir dominan pada The Amazing Spider-Man berhasil tampil sempurna dibawah arahan Marc Webb. Kisah mengenai masa lalu karakter Peter Parker, hubungannya dengan paman dan bibinya serta bagaimana cara ia berinteraksi dengan sekitarnya membentuk sebuah jalinan drama dengan nada penceritaan yang lebih serius sekaligus menjadi poin pembeda tertinggi dari The Amazing Spider-Man dari trilogi manusia laba-laba ini sebelumnya.

 

Apakah film ini lebih bagus dari film Spider-Man sebelumnya? jawabannya menurut saya film ini memang lebih baik dari segi penceritaan yang detil tentang masa lalu Peter Parker.

 

 

No comments for "Review: The Amazing Spider-Man"